~Forever Sweet Chocolate~
Cast : ADAMS & HIGHFeeL JAPAN crew
Genre : Romance/Yaoi/M
-----------------------------
Hari berikutnya berjalan seperti biasa, di mulai dengan sapaan
hangat dari adik kelas dan teman-teman yang kutemui di lobby. Dalam perjalanan
ku menuju ruang kelas di lantai tiga, aku memperhatikan pantulan diriku pada jendela-jendela
kelas yang ku lewati.
Di
ujung anak tangga, ada segerobol siswa kelas tiga yang sedang bercengkrama.
beberapa diantaranya adalah teman sekelas ku, yang lain nya, aku tidak tahu. Tidak
penting juga.
“Hey Shota~!” sapa salah satu
temanku.
“Yo...”
“Bagaimana
urusan mu dengan Ryota-sensei? Aku dengar, kau malah mencampuri kasus anak
kelas dua ya?” Dia mulai merangkul bahuku, sok akrab. Aku bahkan tidak tahu
nama belakang orang ini.
“Yaa...
begitulah, aku hanya membantu nya agar mendapat nilai lebih tinggi” jawabku
acuh.
“Maa~
Shota-kun, kau juga harusnya sebaik itu pada teman-teman sekelasmu, melakukan
tugas grup saja kau tidak mau, tetapi tugas individual mu mendapat nilai tertinggi
dikelas, sigh... kau ini, benar-benar!” ia memukul-mukul bahuku dengan wajah
lemas, ekspresi kecewanya menghiburku, membuatku tertawa sedikit.
“Ngomong-ngomong, siapa siswi beruntung itu?”
“Ehh?”
“Yaa,
kau tau, siapa perempuan beruntung yang mendapatkanmu menjadi guru privat nya?
Siapa
namanya?”
Ia
memandangku dengan wajah penasaran, siswa-siswa yang lainpun ikut memandangku
seperti itu. Hell, no. Aku tidak akan memberitahu mereka kalau Adam yang
menjadi muridku. Bisa-bisa, mereka akan mengikuti kami kemanapun kami pergi.
Itu akan sangat mengganggu.
“Aku
tidak tahu, kami belum berkenalan...”
“EHH---?!!”
ekspresi kaget serempak muncul di wajah mereka.
“Kau
serius Shota?”
“Ya,
tentu.”
Aku
kembali melanjutkan perjalanan ku, meninggalkan mereka yang masih kebingungan
dengan
jawabanku yang mengambang. Aku memang tidak biasanya seperti ini,
tetapi, sekarang, semua yang berhubungan dengan Adam sensitif ditelingaku.
Jauh, didalam hatiku, aku ingin memberitahu semua orang didunia tetang perasaan
ku pada Adam. Namun, apa daya. Hal seperti itu takkan mudah dimengerti oleh
orang lain, bahkan, olehku sendiri
.
Akhirnya aku sampai di lorong
kelas lantai tiga, seperti biasa pula, kehadiran ku disambut senyum malu-malu
dari seluruh siswi yang sedang bercengkrama di luar kelas. Beberapa dari mereka
memberanikan diri menyapaku, lalu berlari kearah teman-teman nya dengan pipi
semerah tomat.
Aku
memberi mereka senyuman hangat satu persatu, bagiku, perasaan lembut dan rapuh
seorang wanita tidak boleh hancur hanya karna sikapku yang mengacuhkan mereka.
Namun tetap saja, cinta pertama yang kucari tidak ku dapatkan pada mereka.
Di
ujung lorong, sebelum kelasku, terlihat seseorang yang dengan susah payah
membawa tumpukan buku dan beberapa alat kelas keluar dari ruang guru.
‘Pagi-pagi sudah dikerjai guru, ehh?’ pikirku,
mempercepat langkahku dengan niat membantu siswa malang itu.
“Hey~!!
Kau butuh bantu----“
“DUAAGH!! BRUUGGHH!! BRUUGGHH!!
PRAAAANGG!!”
Semua benda yang sedang dibawa
nya terjatuh keras kelantai saat aku menyentuh tumpukan benda paling atas, kami
hanya terdiam melihat itu. Dan tanpa kusadari, jatuhnya tumpukan benda-benda
itu memperlihatkan wajah Adam dibaliknya.
“Adam?!!”
“Yokoyama-senpai?!”
Kami saling bertatapan, bingung,
entah apa yang harus di ucapkan atau dilakukan. Tetapi perlahan, kami
menertawai kebodohan ini, kami tertawa tanpa alasan yang jelas sampai-sampai
Adam terjongkok memegangi perutnya dan tertawa puas. Aku sendiri tertawa terbahak
sampai mengeluarkan air mata.
Orang-orang disekitar kami
melihat dengan tatapan ‘Apa yang mereka lakukan? Orang aneh’ lalu kembali melakukan aktifitas mereka yang
terhenti karena suara gaduh tadi.
“Ahahaha~ astaga,
Yokoyama-senpai, kau harus benar-benar menghentikan ini...” Adam mulai
membereskan barang-barangnya yang terjatuh, lalu menyusunnya dalam tumpukan.
“Ehh, maksudmu?”
“Maksudku, Kau harus berhenti
menjatuhkan barang-barangku seperti kejadian yg lalu, kau ingat? Ahahaha~”
Adam kembali tertawa, -terlihat
sangat manis dengan senyumnya yang lebar- aku ingat, pertama kali aku bertemu
dengan nya juga karena kecerobohanku yang membuat coklatnya terjatuh.
Sepertinya, ini takdir. Kau tahu? Mungkin... kau juga harus jatuh cinta padaku.
“Gomen ne...” kataku sambil
membantu membereskan.
“Daijoubu, tumpukan benda-benda
ini memang terlalu tinggi, untung senpai tidak terluka” Adam bersiap berdiri
dan mengangkat barang-barang itu lagi.
“Mau kubantu? Benda-benda yang
berat biar aku yang bawa...” aku menawarkan bantuan, tapi sepertinya Adam tidak
terlalu suka dengan ide itu.
“Biar aku bawa yang berat,
Yokoyama-senpai, aku bukan anak perempuan” katanya, sambil tersenyum meyakinkan
ku.
Aku tahu kau memang bukan anak
perempuan, mungkin, itu salah satu alasan mengapa aku menyukai mu.
“Kalau begitu, sebagai permintaan
maaf, aku akan tetap membantumu membawa barang-barang ini, aku akan bawa yang
ringan-ringan saja.”
“Ahaha~ baiklah, senpai ini lucu
sekali yaa”
Ia berjalan mendahului ku setelah
menaruh beberapa barang ringan dilantai untuk kubawa, aku menyusulnya dengan
sedikit berlari.
‘Aku selalu, selalu, selalu, selalu ingin
berbicara seperti ini denganmu, setiap hari, setiap saat. maukah kau menemaniku?’
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Adam melewati tangga disisi lain
lorong ini, mungkin dia tahu kalau ada segerombol siswa-siswa kelas tiga yang
sedang nongkrong di ujung tangga lantai dua sana, akan sangat merepotkan
menghadapi fanboy-fanboy nya dengan keadaan sesibuk ini, jadi, aku mengerti.
“Yokoyama-senpai?”
“Ehh, iya?” Suara Adam
membangunkan lamunanku.
“Apa... kau benar-benar serius
untuk mengajariku bahasa inggris?”
“Tentu.” Jawabku mantap. “Kalau
tidak salah, Ujian nya minggu depan kan?”
“... iya...”
Adam menunduk, perlahan menuruni
tangga. Entah mengapa, Ia terlihat sedih. Aku tidak ingin melihatnya seperti
itu disekitarku.
“Hey, kau tidak perlu memikirkan
itu, kalau kita sudah belajar bersama nanti, tinta pulpen Miss Tomoko takkan
cukup untuk menuliskan angka 100 disetiap hasil tugasmu, so, Cheer up!!”
Aku mengacak-acak rambutnya, lalu
mencium kepalanya dengan lembut. Ahh, Wangi rambutnya membuatku nyaman.. aku
bisa saja melakukan ini seharian.
“Yo—Yokoyama-senpai!!”
Adam menarik kepalanya dariku,
saat itu aku sadar, aku telah melakukan hal yang ‘aneh’ padanya, tetapi aku
tidak merasa kaget atau bersalah, aku malah ingin melakukan nya lagi. Apalagi
melihat reaksi yang dibuat Adam –wajahnya memerah dengan ekspresi kaget
bercampur malu- rasanya aku ingin melakukan ‘lebih’ dari itu.
“Ahh.. maaf, apa itu membuatmu
tidak nyaman?”
“Ti—tidak, maaf, reaksiku yang
berlebihan...” Adam berbalik, ia kembali
berjalan menuruni tangga. “Umm, senpai, bagaimana kalau pelajaran nya kita
mulai dari hari ini? Sepulang sekolah nanti.”
Aku menatapnya dari belakang,
sepertinya Ia berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan terus berbicara.
Isn’t he cute?
“Baiklah, dimana?”
“Dimana? Tentu saja dirumahmu,
senpai”
“APA?!!”
Aku tidak sengaja berteriak
karena terlalu kaget, Adam menghentikan langkahnya, menatapku bingung.
“Ma—maksudku, apa kau
serius?” aku tidak pernah membayangkan
kalau Adam akan mengatakan hal seperti ini, apa dia tidak khawatir? Apa dia
tidak takut dengan apa yang mungkin kulakukan padanya?!
“Yaa, aku serius... memangnya,
senpai membawa buku-buku materi kelas dua sekarang?
“Huh?”
“Senpai akan mengajariku materi
kelas dua kan?”
“Ehh? Ohh ya, benar... aku tidak
membawanya...”
Pikiran ku yang kotor seperti nya
menghalangi akal sehatku untuk bekerja, untuk apa aku mengkhawatirkan hal-hal
seperti ‘Apa dia tidak takut dengan apa
yang mungkin kulakukan padanya?!’ kita berdua kan laki-laki! Ahh, kukira
aku telah melupakan fakta yang satu itu.
“Aku juga tidak, hari ini tidak
ada pelajaran bahasa inggris...”
“O—Ohh, begitu...”
“Tetapi... hari ini juga ada
kegiatan club sepulang sekolah nanti, mungkin, aku akan pulang telat...”
“Kalau begitu... aku akan
menunggumu dikelas”
“Loh? Kenapa?” Adam melewati anak
tangga terakhir, disusul oleh langkahku. Kami sampai di lorong kelas lantai
dua, kelas Adam ada di ujung lorong ini.
“Kau bisa menungguku di bangku penonton, senpai”
‘Duduk disana dan di hujam tatapan sinis dari fanboy-fanboy mu? Tidak, terimakasih.’
“Tak apa, aku menunggumu dikelas
saja...”
“Un? Okay...” tatapan bingung
kembali diarah kan padaku, tetapi, sepertinya Adam tidak terlalu tertarik
dengan alasan nya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
“Nah, disini...” Adam berhenti
didepan kelas nya. “Terimakasih banyak atas bantuannya, senpai” katanya, sambil
sedikit membungkuk padaku.
“Douita...” Aku tersenyum
padanya, dan ekspresi malu kembali terlihat diwajahnya, manis sekali.
“U—Umm, barang-barang itu...
taruh saja disini, biar aku yang membawanya kedalam”
Adam berusaha membuka pintunya
dengan tangan kiri, tetapi pintunya tidak kunjung terbuka dan barang-barangnya
selalu hampir jatuh. Aku tersenyum
melihat usahanya itu, lalu ku buka kan pintu itu untuk nya.
“Ahh, Arigatou!” tanpa basa-basi
Adam masuk ke kelas nya dan langsung menuju meja guru.
Dari dalam kelas, aku mendengar
siswi-siswi yang kaget dan kegirangan melihat aku berdiri diambang pintu kelas
mereka, aku tersenyum lalu melambaikan tangan pada mereka. Dengan instan,
teriakan-teriakan kecil memenuhi seluruh sudut ruangan itu.
“Senpai~!” Adam menghampiriku dengan sedikit berlari.
“Terimakasih sekali lagi untuk bantuannya...” lagi-lagi simpul manis senyumnya
membuatku berdebar.
“Douita, apa saja untukmu, Adam”
Aku mengelus rambutnya, sambil
menatapnya dalam, aku tersenyum. Teriakan kembali terdengar di sudut ruang,
kali ini, hanya beberapa siswi yang berteriak. Tetapi itu tidak menggoyahkan
tatapan mata kita yang terkunci.
‘Matanya indah... dan semua yang ada di dirinya indah, keindahan
sempurna dimataku’
Dari rambutnya, tanganku beranjak
menyusuri pipinnya yang mulus tanpa cacat, dan langsung dengan mantap meraih
dagunya. Teriakan yang lebih keras terdengar, tetapi matanya yang bersinar
menghisap seluruh perhatianku.
“S- Se—Sen—pai...”
Bibir nya
bergetar saat ia mengucapkan itu, ‘Shhh...
kau mau aku membuatnya berhenti bergetar?’
SWEET
CHAPTER FOUR : END
3 comments:
ehm, i wonder.
it's ended halfway in middle of the nice part.
are there any chapter left? i'm waiting for the next chapter miss.
I'm sorry, I don't know why either.. its just, ended. like that.
yes, there will be~ so please stay tuned ^^)/
yaiyy!!
yes i will :3
Post a Comment