~Forever Sweet Chocolate~
Cast : ADAMS & HIGHFeeL JAPAN crew
Genre : Romance/Yaoi/M
----------------------------------------------
Shota.
Ini
hari kelima sejak aku dan Adam menjalin hubungan, masih seperti mimpi bagiku.
Karena untuk pertama kalinya, aku menyatakan cinta kepada seseorang, dan
terlebih lagi, kepada seorang laki-laki. Siapa sangka cinta pertama ku adalah
seseorang yang tampan? Bukan cantik atau imut dan berambut panjang dengan dada
yang besar? Ahh, tapi siapa peduli? Aku mencintai nya dan itu yang ku tahu.
Author.
Bel
tanda istirahat belum berbunyi, seluruh siswa kelas 3A sedang bergelut dengan
soal-soal Biologi yang diberikan Ryota-sensei, termasuk Shota Yokoyama.
Pemandangan yang akhir-akhir ini jarang sekali terlihat dimata Ryota-sensei, karena siswa tampan yang jenius itu biasa nya tidak menghiraukan tugas yang ia berikan dan malah tidur atau bolos kelas, tetapi selalu mendapat nilai tertinggi di setiap ulangan nya
Pemandangan yang akhir-akhir ini jarang sekali terlihat dimata Ryota-sensei, karena siswa tampan yang jenius itu biasa nya tidak menghiraukan tugas yang ia berikan dan malah tidur atau bolos kelas, tetapi selalu mendapat nilai tertinggi di setiap ulangan nya
.
“Sigh...” hela’an nafas itu diakhiri senyum kecil oleh
Ryota-sensei, matanya lurus tertuju pada wajah serius siswa jenius nya itu.
Jam
ditangan nya menunjukan pukul 12 kurang, artinya, beberapa menit lagi bel
istirahat akan berbunyi, dan kelas Biologi nya selesai.
“Sudah
selesai?” tanya nya, kepada seluruh
siswa.
“Belum
pak~” hampir seisi kelas serentak
menjawab sama, kecuali Shota yang
mengangkat buku tugas nya setinggi kepala.
“Sudah...”
jawab nya, ditengah keheningan kelas. Tentu nya itu menarik perhatian seluruh
siswa dikelas dan cukup membuat siswi-siswi disana berteriak dan menatap nya
kagum.
“Baiklah,
kumpulkan di depan.”
Tanpa
basa-basi, Shota mendorong bangku nya dan berjalan ke depan kelas. Postur tubuh
nya yang tinggi benar-benar membuatnya ’terlihat’ diantara keramaian.
“Ini...”
“Yokoyama...”
Ryota-sensei berbisik. “Kau sudah berubah sekarang, itu bagus.”
Shota
tersenyum meledek, “Heh, aku tidak berubah. Aku hanya sedang bosan~ “
Ryota-sensei
tertawa kecil, beberapa siswa yang melihat itu menatap mereka dengan penasaran.
“Well, kau mau mengerjakan tugas
sekarang, itu hal bagus. Apa ini berkat seseorang? Seseorang yang... membuat mu berubah?”
Shota
terdiam sejenak, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.
“Sepertinya,
Iya. Ada seseorang.”
“Ding... Dong... Ding... Dong...”
“Semuanya!
Sudah waktunya istirahat! Bagi yang sudah selesai silahkan kumpulkan sekarang,
yang belum, saya tunggu sampai jam terakhir!”
Ryota-sensei berteriak, karena seisi kelas selalu ribut setelah bel
istirahat berbunyi.
“Iya,
paakk~” jawab mereka, samar-samar.
Ryota-sensei
membereskan buku-buku nya, tidak lupa membawa satu-satu nya buku tugas yang ia
terima hari ini.
“Sampaikan
salamku pada seseorang itu, bilang padanya, ‘terimakasih, kau telah merubah
Shota Yokoyama menjadi orang yang lebih baik’ OK? Sampai jumpa~”
Ryota-sensei
keluar dari kelas, meninggalkan siswa-siswanya yang ribut dan Shota yang mematung karena perkataan nya tadi.
“....
... ... heh, apa maksud nya itu.”
Kalimat
itu cukup terdengar bodoh untuk Shota, sampai membuatnya senyum-senyum sendiri
sambil berjalan kembali ke kursi nya.
“Shota-kuun~ ♥ “
Beberapa
siswi mendekati Shota, ada yang dengan tangan kosong, dan ada juga yang membawa
kotak bento.
“Shota-kun, makan siang bersama,
yuk~!” seorang siswi dengan dada yang cukup besar
bersandar pada Shota, siswi yang lain mulai ribut.
“Ne~ Shota-kun, kau mau makan
apa?”
“Aku bawa bento untuk dua orang
loh, hari ini~♥”
Seperti biasa, Shota harus menolak ajakan mereka. Bukan hanya
karena ia ‘sedang malas’ atau karena ‘mereka merepotkan’ tetapi kali ini, Shota
telah berjanji untuk makan siang bersama Adam diatap, dan tentunya, hal itu
lebih membuat nya excited dari pada
makan bersama siswi-siswi ini.
“Aku akan beli roti di kantin, gomen
ne.” Shota bangkit dari kursi nya.
“Ah! Kalau begitu, ku temani
yah, ke kantin~” salah satu siswi menahan tangan Shota.
“Ehh?! Ti—tidak perlu...”
“Ayolah~♥”
‘Uhh... girls...’
“SHOTA--!!!”
Tiba-tiba suara teriakan dari
depan pintu menarik perhatian semua orang dikelas, termasuk Shota yang langsung
berubah ekspresi nya setelah melihat dari mana sumber suara teriakan itu
datang.
‘Uhh, trouble...’
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Adam.
“Hihi~ bagus~”
Mendapat nilai tinggi tak pernah
terasa sememuaskan ini, bagaimana tidak? Dengan ini, aku bisa membuktikan
kepada nya kalau aku sungguh-sungguh, dan bekerja keras untuk mendapatkan nilai
sempurna.
Yaa, sebenarnya... bagian dimana
ia memuji dan menyentuhku adalah hal yang terbaik. Aku ingin menjadi lebih baik
lagi, di dalam mata pelajaran ini, dan di hatimu... Shota. Karena percaya atau
tidak, perempuan yang menyukai nya bukan hanya siswi-siswi disekolah ini saja,
aku tidak bisa hanya duduk diam melihat perempuan-perempuan itu mendekati mu,
ya kan?
Hari ini kami akan makan siang
bersama diatap, aku telah membawa bento untuk dua orang. Entah dia akan
menyukainya atau tidak, anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih karena telah
membantuku belajar selama ini.
‘Yosh, sudah waktunya...’
Aku keluar kelas dengan membawa
kotak bento – penuh cinta – ini, memikirkan apa yang mungkin terjadi disana
nanti, membuatku sedikit nervous . Uhh, karena... ini pertama
kali nya...
“Adam~!!” Akira berlari dari dalam kelas, dengan
terengal, ia menghampiriku.
“Apa?”
“hah... kau mau kemana?”
“Ehh? Ahh, Umm... ka—kantin...”
“Hee—? Kau kan sudah membawa
bento, untuk apa ke kantin lagi?”
“I—itu.. aku ingin membeli air, lu—lupa bawa, haha... memang nya
kenapa?”
“Ohh, tidak apa-apa, aku melihat
senpai-senpai dari klub sepak bolamu berkumpul di tangga tadi, apa kalian akan
melakukan sesuatu?”
“Ehh?”
‘Apa? Kenapa aku tidak diberi tau?’
“mereka terlihat marah tadi, aku jadi penasaran, hehe~ tapi mereka
sudah naik sekarang. Hei, apa itu buatan mu sendiri?”
‘Ohh tidak, jangan-jangan senpai—‘
Shota.
“Aku disini, ada apa?” aku berdiri, suasana kelas mulai mencekam.
“Kami ingin bicara, ayo ikut!!”
seseorang dengan tampang kesal maju beberapa langkah sambil berteriak.
Uhh, aku tau, cepat atau lambat
mereka pasti akan melakukan ini, merepotkan.
“Bicara saja disini.”
“KAU!!?”
Lelaki itu seharus nya sudah
melompat kearahku saat ini, sayang nya, ia di pegangi beberapa orang yang
berusaha menenangkan nya sambil – tetap - menatapku sinis. Kemudian laki-laki
lain pun maju, kali ini aku yakin bahwa ia bukan siswa kelas tiga.
“Senpai, kami ingin bicara,
tolong ikut kami, ini tidak akan lama.”
‘Well, aku tetap harus menghadapi mereka, bukan?’
“Baiklah...”
Satu persatu mereka mulai
berjalan keluar, aku juga mengikuti mereka dari belakang. Beberapa siswi sempat
menahan ku tadi, mereka bilang, mereka khawatir kalau sampai terjadi sesuatu
yang buruk padaku. Tetapi aku sudah mengerti, memiliki Adam tidak akan mudah,
dan hal sekecil ini tidak akan membuatku takut apalagi berhenti untuk mencintai
nya.
He’s mine, my one and only love. Got it?
Author.
Lelaki dengan rambut kecoklatan
itu berlari menaiki tangga, nafasnya terengal saat langkahnya menginjak anak
tangga yang terakhir. Matanya menerawang, mencari palang nama diatas pintu
kelas yang bertuliskan “Kelas 3A”.
‘Dimana dimana
dimanaa—‘ batin lelaki itu.
Akhirnya, matanya tertuju pada satu kelas di ujung lorong, seperti
harapan nya, “Kelas 3A” tergantung di bawah pintu kelas itu. Tanpa basa-basi,
ia kembali berlari sekuat tenaga menuju tempat itu.
‘BRUUAGH!!’
Tanpa pikir panjang, ia membuka kasar pintu ruang kelas yang
tertutup. Hanya tatapan-tatapan bingung dari orang-orang didalam kelas yang
menyambutnya. Sambil mengatur nafas, lelaki itu menyisir seisi kelas dengan
seksama, namun seseorang yang ia cari itu tidak ada, seseorang yang dicintai
nya itu tidak ada di dalam ruangan ini.
“ADAM?!!”
Suara yang familiar terdengar dari dalam kelas, dan tentu nya suara
itu berasal dari seseorang yang familiar juga.
“Naoto-senpai?!!”
Naoto menghampiri Adam di ambang pintu, ekspresi mereka sama-sama
panik, dan tanpa memberitahu nya, Naoto sudah tahu kalau Kouhai nya datang –
dengan terburu-buru - untuk menanyakan keadaan Shota.
“Dimana— dimana Shota?!”
“Entahlah, yang aku tahu mereka turun! Aku tidak tahu, mungkin
kebelakang gedung sekolah atau...”
Kalimat nya
terpotong karena Adam tiba-tiba langsung berlari turun ke tangga, dan dengan
sekejap, ia dan suara langkahnya yang cepat menghilang. Naoto hanya berdiri
diambang pintu sendirian, sambil berharap kalau semua nya akan baik-baik saja.
--------------------------------------------------------------------------------------------
“Akhir-akhir ini, kami sering
melihat kau dan Adam pergi bersama. Apa yang kalian lakukan?” tanya salah
seorang dari mereka.
“Heh, apa hanya itu yang ingin
kalian bicarakan? Buang-buang waktu saja.” Dengan acuh, Shota pergi
meninggalkan mereka.
“HEII TUNGGU---!!!”
‘DUAGH!!!’
Setelah menarik tangan Shota dengan kasar, lelaki itu mendarat kan
tinjuan mentah tepat dipipi kanan Shota, pukulan itu cukup membuat nya hilang
keseimbagan untuk sesaat.
“Uhh... KAU!! BERANI-BERANI
NYA—!!!”
Beberapa orang lagi maju, dan
menahan serangan balasan dari Shota. Orang-orang itu kemudian memegangi kedua
tangan nya erat-erat.
“AAARGH! LEPAS!! LEPASKAN
SEKARANG JUGA!!!” Shota memberontak,
namun tangan-tangan mereka malah semakin erat menahan nya.
“Jawab saja! kalau kau melarikan
diri lagi, kami tidak akan segan-segan merusak wajah tampan mu itu, Shota!!”
Tawanan itu terdiam, ia hanya
membalas tatapan sinis orang-orang itu dengan tatapan yang lebih tajam.
Beberapa orang terlihat ketakutan dan mundur beberapa langkah.
“Sekali lagi ku tanya, apa yang
kalian lakukan, hah?!”
Suara tawa kecil keluar dari mulut yang tadi
tertutup itu, lalu seringai yang meledek muncul.
“Kau ingin tau, apa yang kami
lakukan?” kali ini suara Shota terdengar
provokatif.
“A—apa?!”
“Kami melakukan... ... semua
kegiatan kotor yang ada didalam pikiranmu...”
“HAHH—APA?!!”
“Ingin ku perjelas? Baiklah,” Shota menegakkan badan nya. “Kulitnya yang
seputih susu itu sangat sensitif, dan mencium bibirnya sebentar saja, bisa
membuat nya merekah merah seperti Cherry,
dengan rasa manis yang sama” Shota
menjilat bibir atasnya. “dan Kau tau apa?” seringai nya melebar. “Dia lebih
‘nikmat’ di bandingkan se- mu- a siswi di sekolah ini,Ops! Kau pernah mencoba
satu?”
Tawa yang keras mengakhiri
kalimatnya, ia benar-benar tidak bisa menahan geli ketika melihat wajah para
fanboy itu memerah saat mendengar kata demi kata yang di lontarkan nya.
“KU—KURANG AJAR---!!!”
“SENPAAAII--!!”
Suara teriakan yang tiba-tiba itu menghentikan niat mereka untuk
menghabisi Shota, dari jauh, terlihat seseorang yang tidak asing bagi mereka
semua, Adam.
Adam berlari mendekat, dan setelah cukup dekat, tinju nya mendarat
tepat di wajah orang-orang yang menahan tangan Shota. Tinju itu disusul oleh
beberapa tendangan dan sikutan, balok-balok yang ada disana pun tak luput dari
penyalah gunaan Adam yang sedang marah besar.
Setelah puas menghancurkan wajah senpai-senpai nya dengan balok,
perhatian Adam kembali kepada Shota dan beberapa Senpai nya yang tercengang.
“SENPAI! APA-APAAN INI?!!” teriakan Adam memecah keheningan.
“E—ehh?! Adam-kun?!”
“Kenapa kalian melakukan
ini?!!” Adam melempar balok nya.
“Uhh, itu... umm.. kami...”
Orang-orang itu terlihat
kebingungan menjawab nya, mereka berbisik satu sama lain namun, tidak ada yang
menjawab Adam.
“SENPAI!!”
“AAAH— maaf kan kami! Kami..
kami hanya mengkhawatirkanmu, Adam! Karena beberapa hari ini... kau—kau— sering
bersama dia! Orang berbahaya ituuu— “
“A—apa?! Hei! Yang berbahaya itu kalian!!”
Shota dan sekelompok fanboy itu
kembali berseteru dan berteriak diantara Adam.
“URUSAAAII !!”
Perasaan kesal dan kelelahan,
membuat Adam benar-benar meledak kali ini. nafas nya terengal, ingin rasa nya
ia menghabisi semua orang di tempat itu dengan balok ataupun dengan tangan
kosong.
“Adam...” Shota memanggil nya
pelan, berharap Adam bisa menjadi sedikit lebih tenang. – karena geraman nya
dan balok dengan bercak darah disamping nya, benar-benar menakutkan –
“Sigh...” Adam menghela nafas
dalam. “Senpai... tolong jangan berpikir
yang tidak-tidak” ia mendekati Shota, lalu memopong tubuhnya. “Yokoyama-senpai
hanya membantuku belajar, lagipula, kami berdua kan laki-laki, apa yang kau
pikirkan?”
“Tapi—Adam...”
“Maaf, Senpai, aku keluar dari
klub...”
Adam dan
Shota pergi dari tempat itu, meninggalkan beberapa orang yang terdiam. –dan
beberapa orang lain nya yang belum sadarkan diri
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Shota.
‘Ahh, sial... kenapa mereka harus memukul wajahku sih?!’
“Shota, kau tidak apa-apa?”
Adam memandangku dengan
khawatir, aku belum pernah melihat ekspresi seperti itu sebelumnya.
“Uhh, tidak apa-apa, harus nya
kau mengkhawatirkan Senpai-senpai mu itu, mereka babak belur~ hahaha~ Ouch!!”
“Shota?!” Adam menghentikan langkahnya, lalu memeriksa
wajahku. “Memar sekali, bibirmu juga
berdarah... Ki—kita ke UKS, OK?”
Adam menuntunku ke UKS, ia
menggandeng tangan ku dan terlihat khawatir di sepanjang jalan. Entah mengapa,
aku merasa sangat senang, sangat, sangat senang. Seperti nya aku akan menangis.
Akhirnya kami sampai di depan
ruang UKS, pintu nya terbuka begitu saja saat Adam mendorong handle nya.
“Ehh? Lohh? Kemana Sensei yang
menjaga *UKS?” Adam masuk kedalam UKS lebih dulu, aku menyusulnya.
“UKS memang tidak pernah
dikunci, walaupun penjaga nya tidak masuk...”
“O—ohh... duduklah, Shota. Aku
akan mencoba mengobatimu...” Adam membuka kotak *P3K.
“Baiklah, Ohh iya, bisa kau
dorong kursi itu ke pintu?”
“Ehh? Tentu, tapi untuk apa?”
“Untuk...” aku merapatkan diri pada Adam, lalu berbisik.
“Untuk mencegah ‘pengganggu’ masuk kesini, aku tidak mau ada yang datang ketika
kita sedang... fyuuh~ “
“Uwaaah~!”
Aku meniup telinga nya, sontak seluruh
tubuhnya merinding dari atas kebawah.
“Shotaa~!! Jangan! Kita sedang
disekolah, kalau ada yang melihat nanti...”
“Hehe, karna itu ku minta kau
menaruh kursinya dibelakang pintu.” Ciuman lembut kudaratkan di bibirnya.
“Ouch!! Che..” Ahh sial, luka nya...
“K—kau tidak apa- apa?! Duduklah, biar ku obati...”
Adam mengambil botol alkohol,
pinset, dan beberapa kapas. Lalu mulai mengolesi luka dan memarku dengan kapas yang telah di
beri alkohol, ia kelihatan telaten sekali.
“.... .... ....”
“.... .... ....”
“Adam...”
“Mm?”
“Ternyata, kau pandai berkelahi
ya...”
“Eh? Hahaha~”
“.... .... ....”
“Yaa, tentu saja, aku kan
laki-laki...”
“.... .... ....”
“Apa... aku menghancurkan
fantasi mu?”
“Hah? Tidak... tidak, aku hanya... sedikit kaget.”
“Kaget?”
“Yaa, maksud ku, kau menghabisi
siswa-siswa kelas tiga itu dengan balok... tanpa basa-basi, apa kau sering
melakukan nya?”
“.... .... ....”
“.... .... ....”
“U—umm, dulu, waktu aku masih *SMP...”
“.... .... ....”
“A—apa kau akan membenciku?”
“Tentu saja tidak...” aku
menggenggam tangan nya. “ Apa kau bercanda? Aku senang~ Aku harap, kau bisa ‘se
brutal’ itu diatas kasur, Ahaha...”
“S—Shota!” wajah nya memerah. “Umm,
kalau aku boleh tau, apa yang kalian bicarakan sebelum aku datang?” Adam selesai membersihkan luka ku, ia lalu
mengambil plester untuk luka.
“Ohh itu, mereka bilang, kita
sering terlihat bersama akhir-akhir ini, ‘Apa yang kalian lakukan?’ katanya.”
“Lalu?”
“Yaa, ku jawab saja dengan
jujur~”
“EHH—?!! Apa yang kau katakan
pada mereka?!”
“Tidak banyak~ tetapi, seperti nya itu cukup membuat mereka
gugup, Ahahaha!”
“.... .... ....”
“Aku memang ingin memberitahu
mereka soal hubungan kita.”
“Hah?! Kau serius?”
“Ya, aku ingin mereka tau... dan
semua orang di dunia ini tau, bahwa aku mencintaimu...”
Adam terdiam menatapku, matanya
mulai berkaca-kaca.
“Aku juga...” ia menempelkan plester di ujung bibirku untuk
sentuhan terakhir, lalu mencium nya dengan lembut.
“Ding... Dong... Ding... Dong...”
“Ahh, sudah bel... Kembalilah lebih dulu Adam.”
“.... Baiklah, umm, hari ini
dirumahmu lagi?”
“Boleh, sampai jumpa~”
Adam menjawabnya dengan
senyuman, lalu keluar lebih dulu dari ruang UKS.
“Sigh... aku akan tidur diatap sampai jam terakhir
nanti.”
Hari ini terasa sangat
melelahkan, sepertinya mendengarkan penjelasan guru tidak akan membantu. Uhh,
aku lapar.
‘Shuuut~’
Pintu UKS telah ku tutup,
pemberhentian selanjutnya, Kantin, lalu atap~
“Hey! Shota Yokoyama~!!”
Seseorang yang tidak ingin
kulihat saat berniat bolos berjalan dari ujung lorong, ia membawa selembar
kertas.
“Ada apa, Ryota-sensei?”
“Uwah?! Apa yang terjadi pada
wajah mu?! Tadi pagi sepertinya baik-baik saja!”
“Ohh—Umm, aku jatuh. Ada keperluan
apa mencariku?”
“Ohh ya, ini...” guru
berkacamata itu menyerahkan kertas yang ia bawa padaku, “Kembalikan lagi padaku
setelah kau isi, ya?”
“Ehh?”
“Jangan lupa, ini menyangkut
masa depan mu! Kau harus serius dan
bersungguh-sungguh mengisinya.”
“.... Iya, mengerti.”
‘Kau tau apa bagian yang paling
buruk dari pertemuan? Benar, perpisahan.”
SWEET CHAPTER SEVEN : END
-----------------------------------------------------------------------
Hello everyone~
here i come again with a new chapter ^^)//
how is it? :3
As you can see, I change my writting style a lil' bit, so i can explore more of the characters point of view.
it was hard to write something just from one person point of view, - for me, at least -
aaaand i come with a lil' explanations too, for my friends who don't understand about some words in this fanfict, i'll tell you this~
*UKS = it's like a medical room in school.
**P3K = first aid.
***SMP = Junior high.
Honestly, i've decided Forever Sweet Chocolate will end in chapter seven, but you see, it haven't finished yet ^^' so.. yeah, this fanfict will have more chapters i guess.
Okay, enjoy~ ^^)//
don't forget to leave a comment, ok ^^?
No comments:
Post a Comment