!-- SCM Music Player http://scmplayer.net --> expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday, November 18, 2013

FOREVER SWEET CHOCOLATE Chapter VII

~Forever Sweet Chocolate~
Cast : ADAMS & HIGHFeeL JAPAN crew
Genre : Romance/Yaoi/M
----------------------------------------------

Shota.

                Ini hari kelima sejak aku dan Adam menjalin hubungan, masih seperti mimpi bagiku. Karena untuk pertama kalinya, aku menyatakan cinta kepada seseorang, dan terlebih lagi, kepada seorang laki-laki. Siapa sangka cinta pertama ku adalah seseorang yang tampan? Bukan cantik atau imut dan berambut panjang dengan dada yang besar? Ahh, tapi siapa peduli? Aku mencintai nya dan itu yang ku tahu.

Author.

                Bel tanda istirahat belum berbunyi, seluruh siswa kelas 3A sedang bergelut dengan soal-soal Biologi yang diberikan Ryota-sensei, termasuk Shota Yokoyama.
Pemandangan yang akhir-akhir ini jarang sekali terlihat dimata Ryota-sensei, karena siswa tampan yang jenius itu biasa nya tidak menghiraukan tugas yang ia berikan dan malah tidur atau bolos kelas, tetapi selalu mendapat nilai tertinggi di setiap ulangan nya
.

                “Sigh...”  hela’an nafas itu diakhiri senyum kecil oleh Ryota-sensei, matanya lurus tertuju pada wajah serius siswa jenius nya itu.

                Jam ditangan nya menunjukan pukul 12 kurang, artinya, beberapa menit lagi bel istirahat akan berbunyi, dan kelas Biologi nya selesai.

                “Sudah selesai?”  tanya nya, kepada seluruh siswa.

                “Belum pak~”  hampir seisi kelas serentak menjawab sama, kecuali Shota  yang mengangkat buku tugas nya setinggi kepala.

                “Sudah...” jawab nya, ditengah keheningan kelas. Tentu nya itu menarik perhatian seluruh siswa dikelas dan cukup membuat siswi-siswi disana berteriak dan menatap nya kagum.

                “Baiklah, kumpulkan di depan.”

                Tanpa basa-basi, Shota mendorong bangku nya dan berjalan ke depan kelas. Postur tubuh nya yang tinggi benar-benar membuatnya ’terlihat’ diantara keramaian.

                “Ini...”

                “Yokoyama...” Ryota-sensei berbisik. “Kau sudah berubah sekarang, itu bagus.”

                Shota tersenyum meledek, “Heh, aku tidak berubah. Aku hanya sedang bosan~ “

                Ryota-sensei tertawa kecil, beberapa siswa yang melihat itu menatap mereka dengan penasaran.

                “Well, kau mau mengerjakan tugas sekarang, itu hal bagus. Apa ini berkat seseorang?  Seseorang yang... membuat mu berubah?”

                Shota terdiam sejenak, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

                “Sepertinya, Iya. Ada seseorang.”

                “Ding...  Dong... Ding... Dong...”

                “Semuanya! Sudah waktunya istirahat! Bagi yang sudah selesai silahkan kumpulkan sekarang, yang belum, saya tunggu sampai jam terakhir!”  Ryota-sensei berteriak, karena seisi kelas selalu ribut setelah bel istirahat berbunyi.

                “Iya, paakk~” jawab mereka, samar-samar.

                Ryota-sensei membereskan buku-buku nya, tidak lupa membawa satu-satu nya buku tugas yang ia terima hari ini.

                “Sampaikan salamku pada seseorang itu, bilang padanya, ‘terimakasih, kau telah merubah Shota Yokoyama menjadi orang yang lebih baik’ OK? Sampai jumpa~”

                Ryota-sensei keluar dari kelas, meninggalkan siswa-siswanya yang ribut dan Shota yang  mematung karena perkataan nya tadi.

                “.... ... ... heh, apa maksud nya itu.”

                Kalimat itu cukup terdengar bodoh untuk Shota, sampai membuatnya senyum-senyum sendiri sambil berjalan kembali ke kursi nya.

                “Shota-kuun~

            Beberapa siswi mendekati Shota, ada yang dengan tangan kosong, dan ada juga yang membawa kotak bento.

                “Shota-kun, makan siang bersama, yuk~!” seorang siswi dengan dada yang cukup besar bersandar pada Shota, siswi yang lain mulai ribut.

                “Ne~ Shota-kun, kau mau makan apa?”

                “Aku bawa bento untuk dua orang loh, hari ini~♥”

          Seperti biasa, Shota harus menolak ajakan mereka. Bukan hanya karena ia ‘sedang malas’ atau karena ‘mereka merepotkan’ tetapi kali ini, Shota telah berjanji untuk makan siang bersama Adam diatap, dan tentunya, hal itu lebih membuat nya excited dari pada makan bersama  siswi-siswi ini.

                “Aku akan beli roti di kantin, gomen ne.” Shota bangkit dari kursi nya.

                “Ah! Kalau begitu, ku temani yah, ke kantin~” salah satu siswi menahan tangan Shota.

                “Ehh?! Ti—tidak perlu...”

                “Ayolah~♥”

                ‘Uhh... girls...’

                “SHOTA--!!!”

                Tiba-tiba suara teriakan dari depan pintu menarik perhatian semua orang dikelas, termasuk Shota yang langsung berubah ekspresi nya setelah melihat dari mana sumber suara teriakan itu datang.

                ‘Uhh, trouble...’


 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Adam.

                “Hihi~ bagus~”

                Mendapat nilai tinggi tak pernah terasa sememuaskan ini, bagaimana tidak? Dengan ini, aku bisa membuktikan kepada nya kalau aku sungguh-sungguh, dan bekerja keras untuk mendapatkan nilai sempurna.

                Yaa, sebenarnya... bagian dimana ia memuji dan menyentuhku adalah hal yang terbaik. Aku ingin menjadi lebih baik lagi, di dalam mata pelajaran ini, dan di hatimu... Shota. Karena percaya atau tidak, perempuan yang menyukai nya bukan hanya siswi-siswi disekolah ini saja, aku tidak bisa hanya duduk diam melihat perempuan-perempuan itu mendekati mu, ya kan?

                Hari ini kami akan makan siang bersama diatap, aku telah membawa bento untuk dua orang. Entah dia akan menyukainya atau tidak, anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih karena telah membantuku belajar selama ini.

                ‘Yosh, sudah waktunya...’

                Aku keluar kelas dengan membawa kotak bento – penuh cinta – ini, memikirkan apa yang mungkin terjadi disana nanti, membuatku  sedikit nervous . Uhh, karena... ini pertama kali nya...

                “Adam~!!”  Akira berlari dari dalam kelas, dengan terengal, ia menghampiriku.

                “Apa?”

                “hah... kau mau kemana?”

                “Ehh? Ahh, Umm... ka—kantin...”

                “Hee—? Kau kan sudah membawa bento, untuk apa ke kantin lagi?”

                “I—itu.. aku ingin membeli  air, lu—lupa bawa, haha... memang nya kenapa?”

                “Ohh, tidak apa-apa, aku melihat senpai-senpai dari klub sepak bolamu berkumpul di tangga tadi, apa kalian akan melakukan sesuatu?”

                “Ehh?”

                ‘Apa? Kenapa aku tidak diberi tau?’

                “mereka terlihat marah tadi, aku jadi penasaran, hehe~ tapi mereka sudah naik sekarang. Hei, apa itu buatan mu sendiri?”

                ‘Ohh tidak, jangan-jangan senpai—‘

Shota.

                “Aku disini, ada apa?”  aku berdiri, suasana kelas mulai mencekam.

                “Kami ingin bicara, ayo ikut!!” seseorang dengan tampang kesal maju beberapa langkah sambil berteriak.

                Uhh, aku tau, cepat atau lambat mereka pasti akan melakukan ini, merepotkan.

                “Bicara saja disini.”

                “KAU!!?”

                Lelaki itu seharus nya sudah melompat kearahku saat ini, sayang nya, ia di pegangi beberapa orang yang berusaha menenangkan nya sambil – tetap - menatapku sinis. Kemudian laki-laki lain pun maju, kali ini aku yakin bahwa ia bukan siswa kelas tiga.

                “Senpai, kami ingin bicara, tolong ikut kami, ini tidak akan lama.”

                ‘Well, aku tetap harus menghadapi mereka, bukan?’

                “Baiklah...”

                Satu persatu mereka mulai berjalan keluar, aku juga mengikuti mereka dari belakang. Beberapa siswi sempat menahan ku tadi, mereka bilang, mereka khawatir kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk padaku. Tetapi aku sudah mengerti, memiliki Adam tidak akan mudah, dan hal sekecil ini tidak akan membuatku takut apalagi berhenti untuk mencintai nya.

He’s mine, my one and only love. Got it?

Author.

                Lelaki dengan rambut kecoklatan itu berlari menaiki tangga, nafasnya terengal saat langkahnya menginjak anak tangga yang terakhir. Matanya menerawang, mencari palang nama diatas pintu kelas yang bertuliskan “Kelas 3A”.

‘Dimana dimana dimanaa—‘  batin lelaki itu.

Akhirnya, matanya tertuju pada satu kelas di ujung lorong, seperti harapan nya, “Kelas 3A” tergantung di bawah pintu kelas itu. Tanpa basa-basi, ia kembali berlari sekuat tenaga menuju tempat itu.

‘BRUUAGH!!’

Tanpa pikir panjang, ia membuka kasar pintu ruang kelas yang tertutup. Hanya tatapan-tatapan bingung dari orang-orang didalam kelas yang menyambutnya. Sambil mengatur nafas, lelaki itu menyisir seisi kelas dengan seksama, namun seseorang yang ia cari itu tidak ada, seseorang yang dicintai nya itu tidak ada di dalam ruangan ini.

“ADAM?!!”

Suara yang familiar terdengar dari dalam kelas, dan tentu nya suara itu berasal dari seseorang yang familiar juga.

“Naoto-senpai?!!”

Naoto menghampiri Adam di ambang pintu, ekspresi mereka sama-sama panik, dan tanpa memberitahu nya, Naoto sudah tahu kalau Kouhai nya datang – dengan terburu-buru - untuk menanyakan keadaan Shota.

“Dimana—  dimana Shota?!”

“Entahlah, yang aku tahu mereka turun! Aku tidak tahu, mungkin kebelakang gedung sekolah atau...”

Kalimat nya terpotong karena Adam tiba-tiba langsung berlari turun ke tangga, dan dengan sekejap, ia dan suara langkahnya yang cepat menghilang. Naoto hanya berdiri diambang pintu sendirian, sambil berharap kalau semua nya akan baik-baik saja.

--------------------------------------------------------------------------------------------


                “Akhir-akhir ini, kami sering melihat kau dan Adam pergi bersama. Apa yang kalian lakukan?” tanya salah seorang dari mereka.

                “Heh, apa hanya itu yang ingin kalian bicarakan? Buang-buang waktu saja.” Dengan acuh, Shota pergi meninggalkan mereka.

                “HEII TUNGGU---!!!”

                ‘DUAGH!!!’

                Setelah menarik tangan Shota dengan kasar, lelaki itu mendarat kan tinjuan mentah tepat dipipi kanan Shota, pukulan itu cukup membuat nya hilang keseimbagan untuk sesaat.

                “Uhh... KAU!! BERANI-BERANI NYA—!!!”

                Beberapa orang lagi maju, dan menahan serangan balasan dari Shota. Orang-orang itu kemudian memegangi kedua tangan nya erat-erat.

                “AAARGH! LEPAS!! LEPASKAN SEKARANG JUGA!!!”  Shota memberontak, namun tangan-tangan mereka malah semakin erat menahan nya.

                “Jawab saja! kalau kau melarikan diri lagi, kami tidak akan segan-segan merusak wajah tampan mu itu, Shota!!”

                Tawanan itu terdiam, ia hanya membalas tatapan sinis orang-orang itu dengan tatapan yang lebih tajam. Beberapa orang terlihat ketakutan dan mundur beberapa langkah.

                “Sekali lagi ku tanya, apa yang kalian lakukan, hah?!”

                 Suara tawa kecil keluar dari mulut yang tadi tertutup itu, lalu seringai yang meledek muncul.

                “Kau ingin tau, apa yang kami lakukan?”  kali ini suara Shota terdengar provokatif.

                “A—apa?!”

                “Kami melakukan... ... semua kegiatan kotor yang ada didalam pikiranmu...”

                “HAHH—APA?!!”

                “Ingin ku perjelas? Baiklah,”  Shota menegakkan badan nya. “Kulitnya yang seputih susu itu sangat sensitif, dan mencium bibirnya sebentar saja, bisa membuat nya merekah merah seperti Cherry, dengan rasa manis yang sama”  Shota menjilat bibir atasnya. “dan Kau tau apa?” seringai nya melebar. “Dia lebih ‘nikmat’ di bandingkan se- mu- a siswi di sekolah ini,Ops! Kau pernah mencoba satu?”

                Tawa yang keras mengakhiri kalimatnya, ia benar-benar tidak bisa menahan geli ketika melihat wajah para fanboy itu memerah saat mendengar kata demi kata yang di lontarkan nya.

“KU—KURANG AJAR---!!!”

“SENPAAAII--!!”

Suara teriakan yang tiba-tiba itu menghentikan niat mereka untuk menghabisi Shota, dari jauh, terlihat seseorang yang tidak asing bagi mereka semua, Adam.
Adam berlari mendekat, dan setelah cukup dekat, tinju nya mendarat tepat di wajah orang-orang yang menahan tangan Shota. Tinju itu disusul oleh beberapa tendangan dan sikutan, balok-balok yang ada disana pun tak luput dari penyalah gunaan Adam yang sedang marah besar.

Setelah puas menghancurkan wajah senpai-senpai nya dengan balok, perhatian Adam kembali kepada Shota dan beberapa Senpai nya yang tercengang.

“SENPAI! APA-APAAN INI?!!” teriakan Adam memecah keheningan.

“E—ehh?! Adam-kun?!”

                “Kenapa kalian melakukan ini?!!”  Adam melempar balok nya.

                “Uhh, itu... umm.. kami...”

                Orang-orang itu terlihat kebingungan menjawab nya, mereka berbisik satu sama lain namun, tidak ada yang menjawab Adam.

                “SENPAI!!”

                “AAAH— maaf kan kami! Kami.. kami hanya mengkhawatirkanmu, Adam! Karena beberapa hari ini... kau—kau— sering bersama dia! Orang berbahaya ituuu— “

                “A—apa?!  Hei! Yang berbahaya itu kalian!!”

                Shota dan sekelompok fanboy itu kembali berseteru dan berteriak diantara Adam.

                “URUSAAAII !!”
               
                Perasaan kesal dan kelelahan, membuat Adam benar-benar meledak kali ini. nafas nya terengal, ingin rasa nya ia menghabisi semua orang di tempat itu dengan balok ataupun dengan tangan kosong.

                “Adam...” Shota memanggil nya pelan, berharap Adam bisa menjadi sedikit lebih tenang. – karena geraman nya dan balok dengan bercak darah disamping nya, benar-benar  menakutkan –

                “Sigh...” Adam menghela nafas dalam. “Senpai...  tolong jangan berpikir yang tidak-tidak” ia mendekati Shota, lalu memopong tubuhnya. “Yokoyama-senpai hanya membantuku belajar, lagipula, kami berdua kan laki-laki, apa yang kau pikirkan?”

                “Tapi—Adam...”

                “Maaf, Senpai, aku keluar dari klub...”

                Adam dan Shota pergi dari tempat itu, meninggalkan beberapa orang yang terdiam. –dan beberapa orang lain nya yang belum sadarkan diri

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Shota.

                ‘Ahh, sial... kenapa mereka harus memukul wajahku sih?!’

                “Shota, kau tidak apa-apa?”

                Adam memandangku dengan khawatir, aku belum pernah melihat ekspresi seperti itu sebelumnya.

                “Uhh, tidak apa-apa, harus nya kau mengkhawatirkan Senpai-senpai mu itu, mereka babak belur~ hahaha~ Ouch!!”

                “Shota?!”  Adam menghentikan langkahnya, lalu memeriksa wajahku.  “Memar sekali, bibirmu juga berdarah... Ki—kita ke UKS, OK?”

                Adam menuntunku ke UKS, ia menggandeng tangan ku dan terlihat khawatir di sepanjang jalan. Entah mengapa, aku merasa sangat senang, sangat, sangat senang.  Seperti nya aku akan menangis.

                Akhirnya kami sampai di depan ruang UKS, pintu nya terbuka begitu saja saat Adam mendorong handle nya.

                “Ehh? Lohh? Kemana Sensei yang menjaga *UKS?” Adam masuk kedalam UKS lebih dulu, aku menyusulnya.

                “UKS memang tidak pernah dikunci, walaupun penjaga nya tidak masuk...”

                “O—ohh... duduklah, Shota. Aku akan mencoba mengobatimu...” Adam membuka kotak *P3K.

                “Baiklah, Ohh iya, bisa kau dorong kursi itu ke pintu?”

                “Ehh? Tentu, tapi untuk apa?”

                “Untuk...”  aku merapatkan diri pada Adam, lalu berbisik. “Untuk mencegah ‘pengganggu’ masuk kesini, aku tidak mau ada yang datang ketika kita sedang... fyuuh~ “

                “Uwaaah~!”

                Aku meniup telinga nya, sontak seluruh tubuhnya merinding dari atas kebawah.

                “Shotaa~!! Jangan! Kita sedang disekolah, kalau ada yang melihat nanti...”

                “Hehe, karna itu ku minta kau menaruh kursinya dibelakang pintu.” Ciuman lembut kudaratkan di bibirnya. “Ouch!! Che..”  Ahh sial, luka nya...

                “K—kau tidak apa- apa?!  Duduklah, biar ku obati...”

                Adam mengambil botol alkohol, pinset, dan beberapa kapas. Lalu mulai mengolesi  luka dan memarku dengan kapas yang telah di beri alkohol, ia kelihatan telaten sekali.

                “.... .... ....”

                “.... .... ....”

                “Adam...”

                “Mm?”

                “Ternyata, kau pandai berkelahi ya...”

                “Eh? Hahaha~”

                “.... .... ....”

                “Yaa, tentu saja, aku kan laki-laki...”

                “.... .... ....”

                “Apa... aku menghancurkan fantasi mu?”

                “Hah? Tidak... tidak,  aku hanya... sedikit kaget.”

                “Kaget?”

                “Yaa, maksud ku, kau menghabisi siswa-siswa kelas tiga itu dengan balok... tanpa basa-basi, apa kau sering melakukan nya?”

                “.... .... ....”

                “.... .... ....”

                “U—umm,  dulu, waktu aku masih *SMP...”

                “.... .... ....”

                “A—apa kau akan membenciku?”

                “Tentu saja tidak...” aku menggenggam tangan nya. “ Apa kau bercanda? Aku senang~ Aku harap, kau bisa ‘se brutal’ itu diatas kasur, Ahaha...”

                “S—Shota!” wajah nya memerah. “Umm, kalau aku boleh tau, apa yang kalian bicarakan sebelum aku datang?”  Adam selesai membersihkan luka ku, ia lalu mengambil plester untuk luka.

                “Ohh itu, mereka bilang, kita sering terlihat bersama akhir-akhir ini, ‘Apa yang kalian lakukan?’ katanya.”

                “Lalu?”

                “Yaa, ku jawab saja dengan jujur~”

                “EHH—?!! Apa yang kau katakan pada mereka?!”

                “Tidak banyak~  tetapi, seperti nya itu cukup membuat mereka gugup, Ahahaha!”

                “.... .... ....”

                “Aku memang ingin memberitahu mereka soal hubungan kita.”

                “Hah?! Kau serius?”

                “Ya, aku ingin mereka tau... dan semua orang di dunia ini tau, bahwa aku mencintaimu...”

                Adam terdiam menatapku, matanya mulai berkaca-kaca.

                “Aku juga...”  ia menempelkan plester di ujung bibirku untuk sentuhan terakhir, lalu mencium nya dengan lembut.

                “Ding... Dong... Ding... Dong...”

                “Ahh, sudah bel...  Kembalilah lebih dulu Adam.”

                “.... Baiklah, umm, hari ini dirumahmu lagi?”

                “Boleh, sampai jumpa~”
               
                Adam menjawabnya dengan senyuman, lalu keluar lebih dulu dari ruang UKS.

                “Sigh...  aku akan tidur diatap sampai jam terakhir nanti.”

                Hari ini terasa sangat melelahkan, sepertinya mendengarkan penjelasan guru tidak akan membantu. Uhh, aku lapar.

                ‘Shuuut~’

                Pintu UKS telah ku tutup, pemberhentian selanjutnya, Kantin, lalu atap~

                “Hey! Shota Yokoyama~!!”

                Seseorang yang tidak ingin kulihat saat berniat bolos berjalan dari ujung lorong, ia membawa selembar kertas.

                “Ada apa, Ryota-sensei?”

                “Uwah?! Apa yang terjadi pada wajah mu?! Tadi pagi sepertinya baik-baik saja!”

                “Ohh—Umm, aku jatuh. Ada keperluan apa mencariku?”

                “Ohh ya, ini...” guru berkacamata itu menyerahkan kertas yang ia bawa padaku, “Kembalikan lagi padaku setelah kau isi, ya?”

                “Ehh?”

                “Jangan lupa, ini menyangkut masa depan mu!  Kau harus serius dan bersungguh-sungguh mengisinya.”

                “.... Iya, mengerti.”


                ‘Kau tau apa bagian yang  paling buruk dari pertemuan? Benar, perpisahan.”

SWEET CHAPTER SEVEN : END
-----------------------------------------------------------------------

Hello everyone~
here i come again with a new chapter ^^)//
how is it? :3

As you can see, I change my writting style a lil' bit, so i can explore more of the characters point of view.
it was hard to write something just from one person point of view, - for me, at least -
aaaand i come with a lil' explanations too, for my friends who don't understand about some words in this fanfict, i'll tell you this~

*UKS = it's like a medical room in school.
**P3K = first aid.
***SMP = Junior high.

Honestly, i've decided Forever Sweet Chocolate will end in chapter seven, but you see, it haven't finished yet ^^' so.. yeah, this fanfict will have more chapters i guess.

Okay, enjoy~ ^^)//
don't forget to leave a comment, ok ^^?

No comments: