!-- SCM Music Player http://scmplayer.net --> expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sunday, November 3, 2013

FOREVER SWEET CHOCOLATE Chapter VI

~Forever Sweet Chocolate~
Cast : ADAMS & HIGHFeeL JAPAN crew
Genre : Romance/Yaoi/M

------------------------------------------------------


 ‘Glug~ glug~ glug~’

Ahh, ini kaleng sodaku yang kedua. Pelajaran sudah dimulai dari tadi, ini cukup menyenangkan, karena kami tidak terlalu serius melakukan nya. Walaupun Adam bilang ia lebih paham cara mengajarku, tetapi, aku sendiri sedang tidak bisa konsentrasi dengan  apa yang terjadi.

 Maksudku, come on. Siapa yang bisa konsentrasi dengan pelajaran, ketika orang yang kau cintai duduk dengan manis nya dihadapan mu dan, ohh! Dikamarmu.

Sebenarnya, - menurutku – Adam tidak terlalu buruk dalam bahasa inggris, hanya saja, di beberapa aspek  ia memang lemah. Tetapi, mengajarinya masih lebih mudah dari pada aku harus mengajari atau menjelaskan sesuatu pada teman-teman sekelasku.

“Kau sudah selesai?”

“Nn...” Adam menggelengkan kepala, setelah mengajarinya beberapa materi, aku memberinya 15 soal untuk dikerjakan. Well, sudah sepuluh menit ia bergelut dengan soal-soal itu, dan sudah sepuluh menit juga aku memperhatikan nya. lucu sekali, bagaimana ia terlihat fokus dan kebingungan disaat yang sama.

“Apa itu terlalu sulit?” aku menenggak isi kaleng sodaku yang terakhir.

Adam tersenyum dan menggelengkan kepalanya sekali lagi.

“hehe...” aku bangkit, ku acak-acak rambutnya lalu berjalan ke ambang pintu. “Kau mau makan sesuatu?”

“Ehh?”

“Aku punya... Coklat, banyak sekali. Chocolate candy, Chocolate bar, Chocolate cookies

“Wahh, kenapa semuanya coklat?”

“Itu coklat yang kudapatkan di hari Valentine, terlalu  banyak, aku tidak bisa menghabiskan nya sendirian.”

“Oh, kenapa tidak memberikan nya pada orang lain, Senpai?”

“Aku pernah memberikan nya pada siswa  lain disekolah, tapi begitu siswi-siswi itu tau, mereka langsung mendatangiku, menangis dan memarahiku. Mereka bilang, aku tidak menghargai pemberian mereka.”

“Be—benarkah? Lalu?”

“Yaa, lalu mereka semua mengganti coklat yang kuberikan dengan coklat baru, yang lebih mahal dan besar. Aku tidak mau itu terulang lagi.”

“Menjadi tampan itu merepotkan, ya? Ahahaha~”

‘Tidak, untuk tidak jatuh cinta padamu, itu yang merepotkan.’

“Baiklah, bagaimana kalau kita pesan Pizza?’

Dengan senyum lebarnya, Adam mengangguk.

‘Ah, manisnya...’

‘Shuuut~ ‘   aku menutup pintu, lalu turun kedapur.

--------------------------------------------------------------------------------
               
                
             ‘Kau jatuh cinta!’
             
             Iya iya, Naoto, kau benar. Aku memang mencintai nya, ini yang pertama untuk ku. Heh, terdengar aneh sekali.

Haruskah aku mengatakan nya? Apa ia akan membenciku? Tapi, aku tau aku menginginkan nya sejak pertama kali kita bertemu, aku harus...

 “Uwaaah~!!”

‘CLANK!!’

Adam dan aku bertabrakan didepan pintu kamar, ia ingin keluar saat aku akan masuk kedalam, dua kaleng soda yang kubawa terjatuh dan menggelinding.

“E—ehh?! Senpai?”

“Mm? Kau ingin keluar?”

“Ti—tidak, aku ingin menemuimu, semua soal nya sudah ku kerjakan~”

Sambil tersenyum, ia  meraih kaleng soda yang terjatuh dilantai. Tapi sebelum kalengnya terambil, Aku menggenggam tangan nya, lalu menarik nya masuk kedalam kamar.

“Wah!! Tunggu---“

‘SHUUUTT--- Click!!’

‘BRUUUGH!!’

“Uh!!”

Aku mendorong tubuh Adam ke pintu yang telah ku kunci, tangan nya masih ku genggam dan ku tahan tinggi-tinggi diatas kepalanya.

“Senpai! apa yang kau--- Un!!”

Tanpa basa-basi aku mencium bibirnya, ku tekan kepalanya agar ciuman ini semakin dalam dan panas seperti nafas nya yang terasa di kulitku.

“Unn!! Mn----ahh “

Aku mengigit lidah nya beberapa kali, sangat lembut dan hangat. Tangan nya yang kutahan, berontak ingin melepaskan diri, tidak bisa ku remehkan kekuatan tangan drummer ini.

Akhirnya, aku melepaskan ciuman ku. Kami berlomba mengambil nafas  karena tipisnya oksigen dalam jarak sedekat ini. Adam membuka matanya, ia berkaca-kaca melihatku dengan wajah dan bibir yang memerah.

“Haa... haa... haa... Sen—pai...”

Adam menarik kemejaku sebelum tubuhnya roboh, aku menahan pinggang dan tangan nya. Sepertinya ciuman tadi membuat kaki nya lemas.

“Adam...”

Aku meraih bibirnya lagi, kali ini bukan ciuman buas seperti tadi. Tetapi, ciuman hangat penuh arti yang ku daratkan lembut di bibir merah cherry nya.

“Haa... haa...” perlahan Adam membuka matanya, tatapan nya lurus langsung menuju padaku.  “... Senpai... kenapa...”

Aku mengambil nafas panjang, lalu ku peluk dia dengan erat. Kami berdua terduduk dilantai.

“Maaf Adam,” aku membenamkan wajahku di pundak nya. “Aku mencintaimu”

‘Deg! Deg! Deg! Deg!’

‘Aku bisa mendengar suara jantungmu  yang berdebar... atau, itu miliku?’

Adam terdiam, begitu juga aku  yang masih memeluk nya dengan erat, ia pun tidak mencoba untuk melepas nya  atau memukul ku.

Namun aku mulai merasakan kehangatan,  hangat dari tangan Adam yang menyusuri punggungku. Ia menyambut pelukan ku dan memanggil ku dengan suara pelan.

“Shota...”

Sontak aku mengangkat kepala ku, melihat Adam yang sedang tersenyum  manis dan menyimpulkan tangan nya di leherku, membuatku kaget.

 Aku menyadari wajah kami sudah semakin dekat, aku melihat Adam menutup matanya di depan wajahku, lalu menyentuh bibir ku dengan ciuman lembutnya.

Aku tidak bisa berkata apa-apa, bukan hanya karena Adam sedang menutup mulutku saat ini, tetapi karna perasaan Shock dan terlalu senang yang campur aduk. aku hanya bisa menatap wajah nya yang terlihat sangat tampan dalam jarak sedekat ini, dan jujur, aku sangat menikmati ciuman lembut dan sensual yang ia berikan padaku.

Tangan nya yang menyimpul di leherku tidak melakukan apa-apa, ia tidak menekan kepala ku atau bergerak lebih jauh, tangan-tangan itu hanya menjaga kepala ku agak tetap berada di tempat saat pemilik nya  mengacaukan isi kepalaku dengan ciuman nya.

Adam membuka matanya, tatapan kami langsung bertemu. Ia lalu menjauhkan bibirnya dariku.

“Bukankah kau bilang kau mencintai ku? Kenapa diam saja?”  Adam tersenyum dengan provokatif, aku menganggapnya sebagai tantangan.

‘Apa sekarang saat yang tepat untuk menariknya ke kasur?’

----------------------------------------------------------------------


                “Hyaaa~!! Ah! Ah!”

                “Haa... haa...”

                Ekspresinya, nafasnya yang berpacu, dan tubuhnya yang mengejang setiap kali aku menghentak nya, membuatku sedikit gugup.

“Ahh! Senpai--- Nn”

Melakukan hal semacam ini bukan pertama kali nya bagiku, tetapi, melakukan nya dengan orang yang kucintai merupakan hal yang baru. Rasanya berbeda dengan orang lain, jantungku hanya berdetak sekencang ini ketika bersama Adam, dan hanya dia yang bisa membuatku kehilangan kendali seperti ini.

“Panggil aku Shota, seperti tadi...” aku berbisik, seketika itu wajahnya makin memerah.

Aku menjilat liang telinganya, lalu menggigit daun telinga yang mulai ikut memerah itu. Aku bisa merasakan tubuhnya yang gemetar.

“Nn! Mnn...”

Turun ke lehernya, tercium aroma keringat yang membuatku ingin mencicipi satu gigit dari lehernya  yang ditutupi kulit putih susu itu.

‘BITE---!!!’

“Uwaaah! Sakit--- Shota! Nn!” Adam memukul-mukul bahuku.

Aku menarik tangan nya, ku cium jemari nya sambil menatapnya dalam.

“Adam, aku mencintaimu...”

Adam menatapku balik, matanya yang berkaca-kaca itu mulai menangis, bibir nya gemetar, ia menarik tangan nya lalu mendekapku, aku bisa mendengar suara isak kan nya yang pelan.

“Hiks... baka, Shota.. Uhh... hiks”

“Ehh?!”

‘Ka—kawaii...’

“Nnn!”

Aku mendekapnya lebih erat, - dada bidangnya  juga sensasi baru untukku -  ia masih sedikit terisak, tapi aku tidak ingin membuang waktu lagi.

“Uwaaah~!!”

Aku menarik satu tangan Adam, membuat nya bangkit, lalu duduk diatasku.

“Ahh!! Shota!”

Tanpa basa-basi, aku menghentak tubuh Adam berkali-kali. Ia mendesah di setiap hentakkan yang ku buat.

‘Kau benar-benar membuat ku gila Adam! Aku menginginkanmu! Lagi! Dan lagi!’

Aku mempercepat gerakan ku, Adam menangis semakin keras. Aku bisa melihat wajah nya lebih jelas dengan posisi seperti ini, tepat diatas wajahku, Adam menangis dan mendesah. Suara paling indah yang pernah ku dengar.

“Ah! Ahh! Ahh—Shotaa! Ahh! Haa.. stop! Mn!”

“Haa.. Aku tidak bisa berhenti, kau tahu itu, kan?”

“Mnn... hentikan, Shota... Ahh!”

Aku mengigit pangkal lehernya, menghisapnya, dan meninggalkan bekas kemerahan disana.

“Uhh—“ Adam mencengkram punggungku, seperti nya itu juga akan meninggalkan bekas.

“Adam!”

Aku tau Adam tidak bisa “menahannya” lagi, karena aku juga.

“Uu—Shotaa ahh!”

Aku mengangkat pinggul nya tanpa mengehentikan hentakkan ku, Adam memelukku erat dan terus mendesah.

“Unn—Hyaah!! Haa---“ 

“Ahh, haa... haa...”

Adam mencapai klimaks nya, begitu juga aku. Kami berlomba ngambil nafas.

Air mata masih mengalir dipipi Adam, aku mengusap nya lembut sambil tersenyum.

“Aku mencintaimu, Adam...”

Matanya kembali berkaca-kaca, ia lalu memeluk ku sampai kami berdua mendarat dengan keras dikasur.

‘BRUUGHH!!’

Adam jatuh diatasku, ia tidak berbicara atau bergerak, hanya memelukku erat untuk beberapa saat.

“Hahaha, Adam, jangan menangis lagi...” aku mengusap kepalanya, ia masih tidak bicara.

“Adam?”

“.... .... ....”

“Ehh?”

“Zzzz.... ....”

Adam tertidur pulas diatasku,  ia terlihat sangat kelelahan. Well, aku juga sedikit mengantuk.

“Yawn~  aku juga akan tidur sebentar...”

Kusandarkan kepalaku pada kepalanya, lalu merangkul pinggangnya, Ahh~ cukup nyaman.

“Ding... Dong...”

‘Huh?’

“Ding... Dong...”

‘Apa-apaan ini...’

“Ding... Dong... Ding... Dong...”

“Ughh---- saat yang tepat untuk bertamu.”

Dengan hati-hati, aku memindahkan Adam yang tertidur kesebelahku, lalu membersihkan diri sebentar dan memakai celana. Sebelum keluar dari kamar, aku mencium kening Adam, semoga itu tidak membangunkan nya.

Diatas tumpukan buku dan kertas-kertas di meja belajarku, tergeletak kertas jawaban Adam, Aku mengambil nya lalu turun kebawah.

‘Bagus, 12 dari 15 jawaban benar...

“Ding... Dong...”

“Yaa—“

‘Click! Opeen—‘

“Selamat sore!”

‘Ohh, Pizza nya datang...’

--------------------------------------------------------------------------------------------


                “Ughh... mnn, pusing...”

                “Adam?”

                Aku baru saja membuka pintu kamar, membawakan air putih untuk Adam, ternyata dia sudah bangun.

                “Senpai...”

                “Haha, panggil aku Shota...” aku mencium keningnya. “Minumlah...” aku mengulurkan tangan, membantu nya bangun.

                “Aww~!! sakit!”

                “.... .... ....”

                “.... .... ....”

                “.... .... ....”

                “.... .... ....”

                “Adam, kau baik-baik saja?”

                “Ma—masih perih... sedikit...”  wajahnya  memerah.

                “.... .... ....”

                “.... .... ....”

                “Maaf, akan ku ambil kan sesuatu untuk itu...”

                ‘Uh, entah kenapa rasanya aku malu sekali..’

                “Jangan~!!” Adam menahan tanganku, ia menyembunyikan wajahnya yang merah merekah.  
“Senpa—um, Shota, disini saja, aku tidak apa-apa”

                Adam menegakkan tubuh nya dan bersandar, ia memang tidak terlihat kesakitan dan tetap tersenyum padaku setelah nya.

                Aku mengangkat dagu nya, mencium bibirnya, dan menjilat bibir atasnya untuk sentuhan akhir,  Kami saling berpandangan beberapa saat, lalu tertawa kecil. Tidak ada yang lucu memang, tapi mendapati kehadiranya disini, sekarang, membuatku bahagia.

                “Jam berapa sekarang?”

                “Hm? Sudahlah, menginap saja disini...”  aku mengusap kepalanya.

                “Eh? Sudah larut? Aku tidak bisa menginap dsini!” Adam bangun dengan terburu-buru dan 
langsung membereskan pakaian nya.

                “Hey, pelan-pelan! Sekarang jam 8 malam.”

                “Ehh?! Astaga, aku harus pulang! Dimana kamar mandinya?”

                “Disana, mau ku bantu?”

                “Haha tidak, aku bisa mandi sendiri.”  Adam menutup pintu kamar mandi nya.

                “Hey, Adam...”

                “Yaa?” suaranya menggema dari dalam.

                “Nanti kuantar sampai Stasiun...”

                “.... .... Baiklah.”

                “.... Adam?”

                “Apa?”

                “Aku mencintaimu.”

                “.... .... heh, aku juga...”

                “.... Boleh aku masuk?”

                “ Tidak, hentikan itu Senpai.”



SWEET CHAPTER SIX : END
------------------------------------------------------------------------------------------------

"I'm writting for Sweet chapter six now, so the next chapters will be published in no time~!"
from the previous post sounds like a lie, huh?

I've been through two weeks without any progress, that's depressing  .-. /lol, no./
my left eye hurts, that's my first problem, I can't stare at my pc for too long .-.
and then, here, Im always mixing this fanfict with my real life problem. such as, you know.
I LOVE ADAM SO MUCH NOBODY CAN HURT HIM. I DON'T CARE IF IT'S SHOTA-SAN OR ANYONE I LOVE HIM SO FUCKING MUCH.
and this made me seriously stuck, like, "I can't do this anymore! I'll hurt him~!! /cry aggressively/"
that's stupid, I know. but deep down, this is really hurt

BUT LOOK, OMG--- Sweet chapter six finally published~!!  /clap clap clap/
and here is the Ero stuff I promised guys, Enjoy ^^)//

No comments: